After A Year

2:13 PM Tameila 0 Comments

Hai, akhirnya kita bertemu lagi!

Tak banyak yang berubah dari kamu. Sudah berapa lama sih kita tidak bertemu? Hmm…tiga bulan? Satu semester? Satu tahun? Hmm…rasanya yang terakhir lah yang benar. Tahun lalu kita menyesap kopi kamu tidak seperti ini. Sebentar, coba saya lihat.

Kamu sekarang agak gendut. Atau itu efek jaket?

Agak tinggi juga. Eh emangnya di umur segini kamu masih bisa tumbuh?

Ah, kulitmu agak putih. Ciee…perawatan, ya?

Sebentar, kamu ngerokok? Nggak? Hmm…kok bibirmu menghitam. Tapi it doesn’t matter. Hehehe…

Ayo lekas ceritakan tentang hidupmu, saya masih punya banyak waktu. Benar, coba deh tanya pada waitress itu, pastikan jam berapa tempat ini tutup. Jam 11 kan? Nah, ayo cepat saya nggak sabar pengen tau hidupmu sekarang.

Ealaahh…disuruh cerita kok malah kita berantem sih?! Nggak capek berdebat terus dengan saya? Wait up, tunggu…tunggu…coba deh rasain, sejak dari keberangkatan baru ini ya kita bertengkar? Wah, kemajuan! What a great moment! Jarang-jarang tuh kita bisa begini. Jalan akur, ngomong baik-baik, dan bernegosiasi dengan ago sendiri.

Baik?

Benarkah?

Kamu senang kita begini? Kamu nyaman?

Saya kok nggak, ya?

Saya baru sadar, kalau saya nggak suka kita begini. Kita yang halus dan saling pengertian. Kita yang tersenyum dan saling mendengar. Kita tidak begini. Ini bukan kita!

Kita liar. Kita bertengkar. Kita saling membunuh. Kita adu kekuatan. Bukan duduk seperti ini, saling mendengarkan dan memberikan pengertian. Apa-apaan! Ke mana kebrutalan kita? Yang biasanya saling menyakiti, saling menusuk, saling menjatuhkan, dan…saling memaklumi.

Tolong jadi pendengar. Be assertive! Jangan keras kepala begini!” begitu lah katamu setahun lalu. Saya rindu. Saya ingin ditusuk lagi dari depan, bukan diobati dari dalam. Saya ingin disayat, bukan diperban. Tolong, jangan menjadi orang baik. Jangan pernah!

Setahun banyak mengubah. Perilaku, pemikiran, dan…perasaan. Pengalaman bersama waktu lah yang menempa saya di sana dan mengubahnya begini. Apakah mereka berdua berkerja dengan cara yang sama pula kepadamu? Menempamu? Mengubahmu? Menjinakkanmu? Menjadikanmu patuh kepada egomu untuk saya atau saya lah yang melumpuhkan kerimbaan ini?

Oh come on, let’s talk another topic. Something that we can fight, could we?

Ayo coba. Ayo! Coba! Coba! Coba!

Bangke! Nggak bisa!

Kenapa sih susah amat buat kita berantem sekarang? Apa karena suasana tempat ini? Temaram neon kuning dan musik jazz? Bukan kah setahun yang lalu pun sama?
Saya benci menjadi asertif begini. Saya benci kalau harus membuka pikiran dan menyilahkan hati untuk sedikit mengerti kamu. Tidak bisakah saya mencintaimu lagi kini seperti dulu dengan skeptis dan kritis?

Saya rindu menolakmu mentah-mentah. Karena darinya, saya belajar untuk lebih mengerti kamu.

Saya rindu membantahmu terang-terang. Karena darinya, saya belajar untuk lebih menerima perbedaan kita.

Saya rindu meragu sembunyi-sembunyi. Karena darinya, saya belajar untuk lebih mempercayai kebohongan.

SIALAN, KENAPA KITA BERUBAH JADI ORANG BAIK? APAKAH USIA YANG MENGIKIS EGO KITA SEHINGGA MENCIPTA RASIONAL UNTUK MEMAKLUMI PERBEDAAN DI ANTARA KITA?

KITA HARUS BERANTEM. KITA HARUS BERTENGKAR.

Tidak bisa kah kita saling mencintai dengan cara yang baik? Tidak bisa kah kita duduk dan bicara tenang sebentar? Cooling down your mind” begitu juga katamu setahun silam.

TIDAK! TIDAK BISA! Tau kenapa? SAYA TIDAK BISA MENYAYANGIMU DENGAN TENANG. USIK SAYA. BUAT SAYA GUSAR.

Tapi…

I am still afraid to you. Lo masih terlalu liar, gue nggak tenang”.

Fuck! Apa katamu barusan? Kamu masih takut pada saya? Saya masih liar? Apa sih maksud kamu? Pura-pura buta kalau saya ini sudah jinak? Pura-pura tuli kalau saya ini sudah tak mampu mengaum? Pura-pura lumpuh kalau saya ini sudah mengikir kuku untuk mencakar?
Sudahlah jangan dipaksakan, kalau memang hasrat itu masih ada dia akan mengalir ke muaranya.

Saya diam dan…tunggu…siapa yang barusan bicara?

Kamu tidak bisa bohong, dia sudah menjadi bagian hidupmu. Jangan hilangkan dia.
Heh, siapa kamu?!

Hanya karena sesuatu berubah, bukan berarti dia hilang. Buka matamu, coba lihat dia, dirimu, dan kalian dari sisi yang berbeda. Kenakan lah kacamata yang lain. Cuci lah lensanya agar kamu bisa melihat dengan jernih.

Kamu siapa?! Jangan berani bicara di belakang! Siapa kamu?!

Sini…kemari…aku ada di sini. Di bagian terdalam dan tergelap. Tutup matamu, tarik nafas, dan kamu akan menemukanku.

ANJ…..

Hey, udah malem. Yuk, pulang”. Ah, kamu mengagetkan saya saja!

Yuk”, sambut saya dari depan kamu dan dari sisi gelap saya.

You Might Also Like

0 comments: