Jangan (Takut) Jatuh

9:08 PM Tameila 0 Comments

Tulisan ini dibuat bukan untuk balas budi. Sumpah!

Those words above are dedicated to my bitch.

Bukan bitches namanya kalau nggak punya dosa. Tapi dari dosa itulah saya belajar untuk lebih dewasa, lebih memahami, lebih mengerti, dan lebih menerima. Akhirnya saya sadar, mungkin bagi beberapa orang, jatuh adalah guru terbaik daripada buku.

Seharian kemarin saya cukup menenggelamkan diri dengan sastra. Simply, hanya ingin mengobati rasa rindu untuk sedikit berpuitis. Tapi tulisan ini : “The Best G – M – A, Ever”, meluluhlantakkan semua. Bete sih. Ya iya lah, gimana nggak, udah setting mood mellow eh ujung-ujungnya serampangan gini bahasanya.

Kata orang berteman lah dengan orang baik, maka kamu akan terbawa baik. Anehnya, statement itu expired buat saya. Keempat teman yang ajaib sama sekali nggak mengubah diri kami masing-masing. Well it runs in a positive way yaa. Kalau negatif sih tetap aja kebawa. Misalnya yang satu ngajak bolos, semuanya titip tanda tangan. Yang satu kalap nge-junk food, yang lagi diet imannya melorot. Apa lagi? Ah, iya! Yang satu bertekad irit sampe akhir bulan, ujung-ujungnya serombongan gesek kartu sambil ngelus dada. Namanya juga anak muda. Bisa ketebak sih, akhirnya kita semua makan mie instan selama istirahat di seminggu akhir bulan.

Balik lagi ke “jatuh adalah guru terbaik daripada buku”.

Begitulah kehidupan berjalan sebagaimana mestinya. Dari jatuh kita mengerti apa itu sakit sehingga pentingnya menjaga keseimbangan. Sama toh halnya kayak saya yang harus standing dulu pakai motor di Godean baru ngerti bawa motor itu nggak boleh ngegas kenceng-kenceng. Nah, sekarang kalau saya nggak pernah kepleset bawa motor, mungkin saya belajar gimana mengendalikan gas di tengah jalan.

Namun sebaliknya, jatuh pun bisa menjadi kelas yang tidak mendidik. Simply, hal itu bisa terjadi kalau kita terlalu meratapi luka. Ehm! Harusnya saya ngaca sih ngomong begini. Nggak pantes. Lha iya bener, sampai sekarang saya nggak munafik kalau masih suka galau ala penonton yang joget gaya cuci-jemur. Tapi…(nah, excuse-nya nih, saudara!) dari galau itu saya produktif. Kayak sekarang nih, saya bisa nulis.

Well, bukan berarti saat nulis ini saya sedang jatuh. No! Tapi “kejatuhan” itu seringnya bikin hati seseorang bekerja dua kali daripada otak. Makannya orang galau itu dipandang nggak rasional kali, ya? Whatsoever, yang pasti saya senang ketika menyadari hati saya masih bekerja. Oleh sebabnya, saya selalu (berusaha) bersyukur atas segala luka yang didapat. Terlebih orang-orang terbaik saya, mereka nggak pernah mengangkat saya dari keterpurukan. Mereka lah yang memberitahu saya bagaimana caranya berdiri sehingga saya bisa menghargai arti “keseimbangan” itu sendiri.

Fenomena (blah, fenomena. Ada istilah yang lebih menyenangkan?) di atas berlaku juga sebaliknya. Saya juga nggak mau serta merta nolong orang yang jatuh gitu aja. Bukannya balas dendam atau memberi sebanding dari apa yang di dapat. Justru kebalikannya, saya ingin orang yang saya tolong merasakan betapa nikmat bangkit dengan kaki sendiri. Kalau butuh pegangan, carilah, tapi bukan untuk penopang. Your feet are the real foundation.

Within the experience above, di tengah musik yang nggak cocok untuk mellow, akhirnya mellow itu datang. Rasa ini bukan sedih, bitches. Just trust me, this tears (biar lo semua pada terharu gue nulis sampe nangis, nenek-nenek!) are the signs that I am blessed having you, bitches! Whatever the step we take, saya bangga pernah mengukir dosa dengan kalian. Pernah jatuh dan nangis najis ala Anjelie di film Kuch-Kuch Hotta Hai.

Now maybe our love will fall behind
And maybe that path won't be so kind
You know that our hands are full now
I won't let you go
We're taking our time each day by day
'Cause I know that road is bound to change
From now on

You lift me up with happiness
You know it's happiness
I wonder when I'll get to see you
I know we lost track but we gotta get on the line
I miss you
You know it's happiness
Yeah open happinessI wanna see you smile forever
I wonder… Where your feet have been?
I can't wait to meet again

All my life the seeds of time have overflowed, and now I know
Those rainy days might bring me down
But life is surely to grow
I bet that you knew
The grass is always greener
Depending on your own point of view
I know it's a mystery
Need something to hit me
It's time to go and get myself in line again
_Open Happines – Monkey Majik


Tadinya mau selagu saya copy-paste liriknya. Tapi kok ya agak gengges nantiny. Akhirnya setelah di-sortir (typically me, tetap aja jadinya panjang), tiga bait di atas yang paling menyentuh.

“You know that our hands are full now” well I thank to God karena telah menempatkan orang-orang tersayang di dalam genggaman sehingga tidak luruh seperti pasir yang tak mampu ditampung lagi.

“I know we lost track but we gotta get on the line, I miss you” well I thank to God karena membuat saya tersesat. Inilah yang selalu membuat saya back to the nature. Untuk menyadari dari mana saya berangkat, kembali melihat peta, agar tak hilang arah.

All my life the seeds of time have overflowed, and now I know
Those rainy days might bring me down

But life is surely to grow

I bet that you knew
The grass is always greener
Depending on your own point of view
Well I thank to God for every rain which created rainbow so my life is colorful.


*usap air mata*

*cari hape*

*siap-siap nelfon patjar buat digalauin* (nah kan~)

Juggling, bitches! Saat karantina (udah mirip badak, kan?) kemarin, seorang instruktur bilang hidup ini kayak orang maen sepeda sirkus sambil juggling. You must keep your balance while playing the balls. Bolanya sendiri ada 5; keluarga (termasuk pasangan), teman, kesehatan, keuangan, dan spiritual. Satu aja jatuh, mungkin nggak pecah tapi retak. And you might guess, yes..it will hurt you. Bukan kah sakit menggenggam sesuatu yang telah retak?

Bitches, anywhere you are, just trust me, you are in my hands and I’ll keep you guys in the air.


N.B: Thanks my beloved meng, the one who provided ears after this all and insisted my blog exists.

You Might Also Like

0 comments: