31HariMenulis

Escapism

9:34 PM Tameila 0 Comments

Stop running, Git. Face it!

Saat ulang tahun kemarin banyak yang nasehatin gua seperti itu. Well, ada juga yang bilang “take risk”. However, semuanya sama. Intinya, mereka bilang kalau gua jangan kabur. Nggak boleh lagi lari.

Sempat gua berpikir, sebenarnya apa sih yang dimaksud dari itu semua? Memangnya selama ini gua lari dari kenyataan? Atau kah gua lari dari masalah?

Semua pertanyaan itu nggak kejawab kalau gua nggak “me-time”. Yes, waktu di mana gua bebas melakukan segalanya. Terserah gua, baik dari segi aktivitas maupun dengan siapa gua menghabiskan waktu itu. I’m the boss there! Biasanya dengan begini pikiran gua bersih lagi. Ya secara gua emang sering mikir kotor, jadi ibaratnya “me-time” itu gua di-refresh dan re-charge energi. Saat “me-time” juga gua kadang melakukan hal-hal yang jaraaaang banget atau nggak pernah gua lakukan.

Hari ini, gua puas “me-time”. Sejak pagi pergi dengan teman-teman kostan. Secara gua jarang banget main dengan mereka, so pagi tadi bisa dibilang pagi yang berharga. Terlepas dari badan gua yang sebenarnya lagi demam, menghabiskan waktu dengan perempuan-perempuan ini menambah syukur buat gua. Gua harus berterima kasih sama Tuhan yang menetapkan mereka sebagai partner in crime di kostan.

Then, syukur gua nggak berhenti sampai di situ. Biar pun cuma sebentar, tadi pagi gua ngobrol dengan sahabat terkece selama 14 tahun (wait...let me count again, 14 or 15? Oh so whatever!). Obrolan nggak penting sih, isinya cuma saling membanggakan diri masing-masing. But, that’s the point! Itulah yang nggak gua dapatkan kalau nggak saat “me-time”.

Hari terus berjalan dan gua nggak mau menyia-nyiakan “me-time” ini. Sempat sih ada beberapa hal yang bikin jengkel, tapi bukan Gita namanya kalau nggak berhasil menyingkirkan itu semua! *evil laugh* So fucking care, gua nggak peduli.  Terserah gua mau dibilang cuek atau nggak peka, it’s your mind business. Yang penting ini cara gua untuk bersyukur, salah satunya memanjakan diri gua.

After all, gua akhirnya menceritakan hari gua sama seseorang. Lagi, gua dapat feedback, “lo lari lagi, Ta?”. Holly shit, sebenarnya gua lari dari apa sih? Bahkan masalah yang dikatakan “gua lari” aja nggak tau! Sumpah! Salah gua kalau mau menikmati hari?!!

Take it easy, Gita!

*inhale-exhale*

Yes, hal ini di atas nggak cuma dirasain sama gua. Ada beberapa teman gua pun merasakan hal sama. Saat lagi merasakan “me-time” malah dicap pelarian atau nggak peduli lingkungan sekitar. Padahal gua sempat baca, kalau meluangkan waktu untuk diri sendiri itu bagus untuk perkembangan diri. Terserah deh mau ngapain, selama hal itu positif dan nggak negatif (ya iyalah kalau positif, pasti negatif!).

Buat gua (dan beberapa teman yang senasib suka dicap “lari”), ada perbedaan yang sangat jauh antara “me-time” dan pelarian. Seperti yang udah gua bilang, “me-time” itu waktunya melakukan hal yang disuka, misalnya hobi atau mencoba aktivitas baru. Kayak tadi deh, kalau nggak saat “me-time”, mana sempat gua ngobrol panjang lebar tentang film di rentalan film sama abang-abangnya? Dari sana gua dapat info dan pengetahuan baru. See? Gua mendapat input positif toh.

Then, bedanya dengan pelarian sudah jelas. Semua yang dilakukan saat pelarian itu nggak didasari rasa happy, tenang, dan nyaman. Aktivitasnya mungkin beda dikit, tapi yang membuat kontras adalah di dalam hati ini. Bagaimana perasaan sebenarnya? Damai kah? Bahagia kah? Masih resah kan? Misalnya gini deh, emang sih nggak ada bedanya antara kita jalan sama cowok/cewek di saat pasca putusan (atau galau relationship gitu deh! Bleah~) dengan di saat selo atau emang pengen ketemu aja. Really, nggak ada bedanya! But take a look to your heart, apa sih yang mendasari pertemuan itu? Pelarian dari masalah? Atau emang pengen main as a friend? Atau butuh kasih sayang? Atau butuh perhatian? Atau pengen sharring? Atau sekedar pengen ditemenin?

No one knows, kecuali kita sendiri dan Tuhan. Sama dengan “me-time” dan escapism. Orang lain nggak bisa menilai kita sedang bersyukur atau sedang berlari. They can’t!

So agaknya yang harus mulai kita bold sekarang adalah, “pantas kah gua memanfaatkan hidup orang di saat pelarian?” eh salah, “sejauh apa gua memanfaatkan waktu untuk berbagi dengan orang lain saat ‘me-time’?”. Okay?! THINK AGAIN SAAT MELIBATKAN ORANG LAIN DALAM URUSAN HIDUP KITA. Happy, “me-time”! *cups*

You Might Also Like

0 comments: