31HariMenulis

Di Atas Motor

11:35 PM Tameila 0 Comments


“Siap?” tanyamu.


“Siap”, jawabku mantap.


Ku tegakkan punggung, lalu ku selusupkan kedua tangan melingkar di perutmu.


Hangat. Itu yang aku rasakan.


Sesekali ku benamkan wajah di pundakmu. Yang ku temukan bukan harum parufume mahal, hanya ada wangi tubuh khasmu. Aku tidak bilang wangi, tapi aku rakus bernafas di sana.


Bintang mengerling di langit hitam. Sedikit membawaku kepada kenangan kita yang menghitung bintang. Di tengah sawah luas, seusai sujud setalah maghrib itu. Kamu ingat itu? Kita sama tak peduli awamnya tentang astronomi. Tapi satu yang kita tau, kita bersatu di bawah langit-Nya. Di sana kita temukan syukur.


Angin malam menyapu pipiku lembut. Membuaiku tentang kita yang tak pernah berkata untuk bisa merasa. Lalu sedetik kemudian kamu mengecup jemariku. Kamu rekatkan di dada. Mungkin ada harapmu agar aku mengerti yang kamu rasakan. Jangan khawatir, aku bisa merasakan getarnya lewat tulang punggungmu. Hanya saja aku bingung, apakah perasaanku pun sampai lewat tatapan mataku padamu di kaca spion?

You Might Also Like

0 comments: