Transisi
Bitches,
As you know, kalian yang bikin gue harus bersih-bersih blog
ini. Ambil kemoceng, singkirin sarang laba-laba, debu karena udah lama nggak
gue sentuh.
Ceritanya gue terharu baca "Au Revoir, Bitch!" dan "Sebuah Sempat Untuk Sahabat". Even
sebenarnya gue selalu nggak suka dengan yang namanya perpisahan. Yang ada buat
gue cuma: pindah.
Life is hot here. Literally! Panasnya beda dengan di
Jakarta. Di sana campur polusi jadi kalau emosi ada excuse (like we use to look
for, bithces). But here, panasnya ya panas. Panas. Panas. How could I describe
it properly?
Geez,
So much things you bitches need to now, but it feels like I
have no words. Sedih sebenarnya menyadari hal ini. Dulu gue bisa setiap malam
melek dan nulis. Gue nggak butuh waktu lama untuk menerjemahkan perasaan dan
pemikiran gue.
Sekarang?
Hampir setiap malam gue semedi. Balik kanan-balik kiri. Nungging
sana-nungging sini. Playlist udah ngulang berkali-kali. 3..4..5 hours passed. Hasilnya
cuma layar putih dengan kursor kedip-kedip. Mirip deh jamannya kita kalau lagi
stuck nykripsi. (oh, that moment~)
Berulang kali gue cari sebab-musababnya kenapa gue nggak
bisa nulis lagi. Awalnya gue pikir gue nggak punya waktu. Then, one day gue
berkomitmen menghabiskan hari untuk menulis. Hasilnya, kerjaan gue cuma ctrl+N
doang.
Lalu setelah itu gue pikir gue nggak punya sesuatu yang
menarik untuk diceritakan. But that was totally wrong! My life run up and down
like roller coaster. Udah segitu heroiknya masih pantas kah gue bilang nggak
ada yang menarik? But by the end is still. I could not write down
anything.
Abis itu gue pikir otak gue yang nggak sistematis. Jadinya kalau
mau nulis berantakan. A ke B terus lompat ke X. Gue kehilangan benang merah. Tapi
setelah gue rasa pun itu nggak sepenuhnya benar.
I cried quite hard until I found the real reason.
I have no reason.
Ya, gue nggak punya alasan untuk nulis. Gue nggak ada greget
kenapa harus nulis. And for this, I thank to you my bitches. Kalian adalah
alasan gue untuk nulis lagi setelah sekian lamanya. Setelah gue merasa
kehilangan diri karena it was toooo looooong not expressing my feelings,
finally semuanya bisa gue lepaskan sekarang.
Hidup nomaden setahun belakang ini bikin gue percaya kalau
life is uncertainty thing. Dari ketidakpastiannya pun akhirnya gue memahami
pepatah, “bahkan bayangan pun meninggalkan lo dalam keterangan”.
So what is all about?
Keep believing in yourself.
Don’t be worry, episode baru gue adalah learn to be independent
without being big-headed and arrogant. Hidup gue lagi dilempar ke sana-sini. Nggak
jelas. Kalau dulu gue benci sama yang namanya ketidakpastian, and TARA! Now I
must fuck this thing.
Hurt?
PASTI! MENURUT NGANA?
Tapi dari sana pun gue belajar banyak hal, yang terpenting
how to create and make yourself happy from the inside. Merasa “jauh” dan “sendiri”
simply dua hal yang akan membunuh lo dalam hidup begini. Harus berada di beda
pulau dan zona waktu dengan keluarga, sahabat, pacar, dan teman, itu nggak
enak, jendral! Belum kalau ada perasaan dan pikiran negatif yang numpang lewat.
Even cuma numpang lewat, rasanya pengen gue tendang biar cepat hilang.
Mungkin naïf kedengarannya, tapi satu yang gue andalkan
sekarang. Tuhan. Cuma Dia yang gue rasa pasti diantara ketidakpastian ini. Just
because being a bitch doesn’t mean denying God, right?
Di tengah ketidakpastian ini, nggak ada yang bisa diandalkan
kecuali diri kita sendiri untuk terus ngerasa bersyukur supaya bahagia. Again,
don’t be worry, I am so much happy here. Berat gue bertambah, makanan di sini
enak-enak. Eits, ini bukan pelarian. Bukan pengelakan bahwa gue sedih terus
pura-pura bahagia. No.
Like this simple thing, bitches. Gue merasa bahagia bisa
nulis lagi. Jari-jari gue bisa menari lagi di atas keyboard. Gue seperti
melepaskan sesuatu. Ini mahal harganya. \m/
Thanks for being my reason to write Nyit - Nek. To express. To believe
that happiness always comes from the smallest thing. To always thank to God. And
for sure…to survive in any uncertainty.
*ketjup basyaah*
0 comments: