31HariMenulis

I’m Strong, then I Cry

11:34 PM Tameila 3 Comments

Apa sih yang paling sulit di dunia ini?

Jujur sama diri sendiri.

Jujur kalau kecewa. Jujur kalau bahagia. Jujur kalau sedih. Jujur kalau takut. Bahkan jujur kalau jatuh cinta.

Mungkin gua telat karena baru menyadari ini di umur 22. But it’s okay, someone told me that I’m still young and I’m allowed to make some mistakes. But remember, I’m not allowed to do the same mistakes. That’s we call “STUPID”.

Selain belajar untuk jujur pada diri sendiri, gua pun belajar kalau menangis itu sah. Lumrah. Manusiawi. Normal. What’s more? Come on, we name it. So whatever it’s called, crying is not a big deal, karena mungkin dari menangis itu lah kita tahu siapa diri kita, apa yang kita mau, dan bagaimana seharusnya bersikap.

Sore ini gua membuktikan itu semua. Dari menangis, gua tau seseorang bisa menjadi lebih kuat SELAMA TANGISAN TIDAK MENYERETNYA KE DALAM KEPESIMISAN. Thanks Dhela, kamu semakin membuat mbak mengerti hal itu.

Sejak pertama kali gua ketemu Dhela, gua tau anak ini lincah. Enerjik. Ceria. Talented. Sayang, anaknya agak pemalu. Setiap kali gua ketemu dia, dengan suaranya yang parau dia berteriak, “mbak Gitaaaa!”. Ah, gua selalu tersenyum dan memeluk Dhela saat itu juga. Meski gua nggak tuli, tapi Arief pernah bilang kalau butuh effort lebih bagi tuli ketika harus mengeluarkan suara. Dan ketika Dhela melakukannya kepada gua, memanggil dan menyebut nama gua dari kejauhan, gua rasa dia melakukan effort lebih dari dua kali. Mungkin tiga, atau bahkan lima. Gua nggak pernah tau, so gua nggak punya hal lebih untuk diberikan selain pelukan dan cium di keningnya. Gua harap itu cukup bagi Dhela.

Then, saat rapat DAC tadi tiba-tiba gua melihat Dhela berdiri di depan teman-teman tuli. Oh, ternyata dia bernyanyi. Dhela menyanyikan lagu “Libur Telah Tiba”, lagunya Tasya. Setelah bernyanyi, dia berlari menghampiri ibunya dan menangis di sana. Gua samperin, kemudian gua tanya, “Dhela kenapa?”.

She didn’t reply, dia cuma menggeleng dan melafalkan kata “malu” tanpa suara.

Gua elus pipinya dan membiarkan dia menangis di sana. Bukan karena apa-apa, but I know she needed time to cool down her nervous. After that, teman-teman tuli lainnya men-support dia. “Jangan malu”, “Kalau ada kemampuan harus berani”, “Nggak apa-apa, tadi bagus”, dan lainnya.  Perlahan Dhela tersenyum dan mengangguk pasti. Setelah itu akhirnya dia mau kalau nanti ikut pentas bersama teman-teman tuli lainnya.

Gua ingat, padahal beberapa waktu sebelumnya gua lihat betapa sulit mengajak Dhela bergabung dengan teman-teman tuli. Jangankan untuk nyanyi, berkenalan aja dia ngumpet di belakang ibunya. But this afternoon, after kita semua men-support dia karena menangis malu, dia menjadi lebih kuat. Ya, gua belajar dari Dhela, ketika kita jujur pada diri sendiri dan lingkungan, maka sebenarnya di sana lah kita bangkit untuk kuat. Dulu, gua pikir dengan nggak menangis artinya gua tough. But it’s all wrong. I’m just a human being. I need to cry karena mungkin dari sana lah gua bisa jujur dengan diri gua, lingkungan, bahkan Tuhan sehingga kekuatan itu datang untuk menopang gua.

Akhir-akhir ini memang ada beberapa kejadian yang mengajarkan gua untuk lebih jujur kepada diri sendiri. Mungkin Tuhan udah bosan melihat gua yang sok tangguh padahal kenyataannya cemen. Mungkin. Gua nggak pernah tau apa yang Dia lihat dari gua. Tapi dari situ, gua kini bisa melihat ke dalam diri gua jauuuuhh lebih dalam dari sebelumnya, ya kalau gua cuma manusia biasa. Gua bisa merasa sedih, kecewa, takut, bahagia, marah, dan lainnya. And when I want to express those all, it’s okay. We no need to hide what we feel, kecuali mau makan hati itu sih urusannya beda.

Self-pride?

Wait up!

Apa sih pride? 

Kebanggaan? Kesombongan? Gengsi?

Well, Dhela pun di waktu yang sama membuat gua paham kalau pride itu bukan ketika lo nggak menangis saat benar-benar merasakan sesuatu. But pride is when you already shown your best, but you’re still be honest sama diri sendiri kalau hmm..kamu masih memiliki kekhawatiran dan butuh dukungan. That’s! Down-to-earth. Humble. Simply, this little girl showed me that pride is being humble.

So now, gua cuma bisa berbisik sama diri sendiri, “nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan? Now, kamu bisa menangis dan jujur kepada diri sendiri. Apa yang kamu mau? Apa yang kamu butuhkan? Kamu harus bersikap seperti apa? Ini belum apa-apa,  there’re so many things around you to be discovered. You just need to be honest, veerrryyyy honest to your self. Look at the deepest inside. Don’t be shy, don’t be afraid, don’t be lie”.

Yes, rasanya saat ini gua baru bisa yakin untuk nggak menyesal telah menumpahkan perasaan gua bersama air mata di malam itu. Di malam, di mana akhirnya gua bisa reveal this hidden feeling...atau mungkin perasaan yang nggak pernah gua sadari...for years. 

Thanks Dhela. Thanks also Dyah yang udah nemenin gua berdo’a di saat maghrib. Lagi. Bersama air mata.

You Might Also Like

3 comments:

  1. thank you, Nurul Imam..salam kenal :)

    ReplyDelete
  2. yes sometimes you must free yourself, jangan menahan diri aja :)

    ReplyDelete